Sebenarnya, yang paling buruk dari masa sulit itu adalah jika kita malah tidak mampu melepaskan diri darinya. Itulah yang namanya celaka. Saya ingat ada seorang spiritualis bernama Wayne W. Dyer mengatakan bahwa, sebetulnya tidak ada yang namanya masalah. Masalah hanya bentukan persepsi kita yang seharusnya dapat diabaikan oleh kesadaran. Meskipun tidak sepenuhnya setuju – sebab masalah itu seharusnya ada, saya kira kita dapat mengikuti maksudnya. Tujuannya adalah agar kita dapat memandang masalah itu dengan cara baru, sehingga kita dapat melepaskan diri darinya. Tidak baik jika kita tinggal diam dan hanya ‘menikmati’ masa-masa sulit tanpa berbuat apa-apa.
Menarik bahwa tips & trik atau cara yang akan Anda baca ini adalah buah dari renungan atas Mazmur 42:5.
“Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepadaNya, penolongku dan Allahku! (Mazmur 42:5).”
- Gunakan kesadaran Anda sebagai manusia utuh.Daripada memikirkan masalah atau pemecahannya, lebih baik kita bergerak ke jalan yang baru: jangan pikirkan masalah itu dulu. Dengan menggunakan kesadaran yang kita miliki, kita harus mengabaikan pikiran yang mengatakan bahwa situasi yang sedang kita hadapi itu sangat ‘complicated’. Ingat bahwa pikiran bukanlah diri kita yang sebenarnya. Anda diciptakan segambar dengan Allah (imago Dei), sehingga tidak mungkin bahwa diri Anda yang sepenuhnya terwakili dalam pikiran. Allah tidak diwakili hanya melalui pikiranNya, jadi Andapun tidak mungkin terwakili hanya melalui pikiran Anda. Dengan prinsip ini, gunakanlah kesadaran kita yang sepenuhnya sebagai ciptaan Allah yang utuh, untuk melihat masalah itu sebagai sesuatu yang dapat ditangani. Intinya, kesadaran Anda harus mampu mengatakan, “Ini dapat diatasi”. Kesadaran seperti inilah yang dialami Daud ketika ia bertanya pada dirinya sendiri: “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah dalam diriku?” Alih-alih menikmati perasaan gelisah saat menghadapi masalah, Daud keluar dari perasaannya sendiri. Sebagai manusia utuh dan beriman, kesadaran dirinya menyadarkan bahwa perasaannya (baca: pikirannya) tidak dapat dipertahankan. Perasaan dan pikirannya yang gelisah malah harus dipertanyakan. Maka, gunakanlah kesadaran seperti yang dicontohkan Daud ini untuk keluar dari masalah Anda.
- Berorientasi pada apa yang Anda harapkanPengharapan seseorang kepada TUHAN berperan penting untuk melepaskan diri dari masa sulit. Kesadaran Daud memerintahkan dirinya sendiri untuk menaruh pengharapan pada TUHAN: “Berharaplah kepada Allah!” Di satu sisi, pengharapan ini akan membuat Anda tidak merasa sendirian lagi di dalam penderitaan. Merasa sendirian ketika menghadapi masalah dan kesulitan sangat umum terjadi. Dan saya rasa, inilah penyebab mengapa orang ingin bunuh diri saat menghadapi masalah!
Di sisi lain, pengharapan akan membuat Anda belajar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Jika Anda mampu berharap pada sesuatu, bukankah itu berarti Anda menyadari bahwa masalah tidak dapat ditangani sendirian? Masalah tidak dapat diselesaikan dengan hanya mengandalkan faktor internal (misalnya pikiran dan rencana Anda). Untuk menyelesaikan masalah diperlukan faktor eksternal dan transenden. Faktor yang kedua ini hanya dapat ditemukan melalui pengharapan kepada Allah. - Berpikir positif dan sibukkan diri Anda dengan sesuatu yang positifPengharapan kepada TUHAN juga membantu kita untuk melihat ke arah yang positif. Bukankah Daud tadi mengatakan pengarapan itu membuat dia “akan bersyukur lagi kepadaNya”? Ini adalah sesuatu yang menakjubkan. Sehari-harinya Daud adalah raja yang tentu harus menghadapi banyak masalah. Tapi ia yakin bahwa pengharapannya akan membuat dia dapat bersyukur lagi. Syukur adalah kata pujian yang disertai dengan perasaan sukacita. Itu adalah kata yang hanya dapat diungkapkan dengan pikiran yang positif. Aneh rasanya jika orang mengucapkan syukur dengan pikiran negatif. Oleh sebab itu, sangat baik jika kita menaruh pikiran dan perasaan positif atas masalah yang kita hadapi. Segala sesuatu akan berakhir baik seperti judul buku R.A. Kartini, “Habis gelap terbitlah terang”. Atau seperti ungkapan seorang filsuf: “phanta rei”, segala sesuatu mengalir, dan tentunya pengalaman pahit dan sulit akan berubah juga. Sekali lagi, pikiran yang positif akan membantu Anda menghadapi masalah. Dan jagalah pikiran positif itu dengan sesuatu yang positif, misalnya dengan berdoa, menyanyikan kidung pujian, mengucapkan syahadat (pengakuan iman), meditasi, atau yang lainnya.
- Gunakan pertolongan dan solusi yang diberikan Allah bagi AndaAllah adalah penolong sebab ia berkuasa atas segala sesuatu. Ia berkuasa untuk mengatasi ketakutan, kekuatiran, sakit hati, pergumulan, penyakit, penderitaan atau apapun itu. Persoalannya kita cenderung melupakan itu sehingga tidak ‘memanfaatkannya’ dengan baik. Ini kelihatan dari betapa seringnya orang hanya mengandalkan pikiran dan pengertiannya untuk menghadapi masalah. Penulis Amsal mengatakan kepada kita: “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri” (Amsal 3:5). Ini adalah peringatan bagi kita untuk mengingat Allah dalam setiap keadaan. Orang Kristen harus menyadari bahwa pertolongan TUHAN selalu ada bagi mereka yang sedang menghadapi kesusahan. Daud mengungkapkan itu melalui satu pengakuan dalam ayat yang sedang kita bahas: “penolongku dan Allahku!” Ingatkah Anda nyanyian pop rohani yang mengatakan “pertolongan Tuhan ada dimana-mana”? Ya, pertolongan dan solusi yang diberikan Tuhan ada dimana-mana. Oleh karena itu kita harus peka dan siap-sedia menyambut pertolongan itu. Solusi yang mungkin terpikirkan atau muncul tiba-tiba bisa juga merupakan pertolongan Tuhan. Ingat pula, pertolongan juga datang melalui perpanjangan tangan Tuhan lainnya (prolongatus Dei). Hanya, gunakanlah pertolongan dan solusi yang diberikan Allah bagi Anda itu dengan sebaik-baiknya.
Sebenarnya, yang paling buruk dari masa sulit itu adalah jika kita malah tidak mampu melepaskan diri darinya. Itulah yang namanya celaka. Saya ingat ada seorang spiritualis bernama Wayne W. Dyer mengatakan bahwa, sebetulnya tidak ada yang namanya masalah. Masalah hanya bentukan persepsi kita yang seharusnya dapat diabaikan oleh kesadaran. Meskipun tidak sepenuhnya setuju – sebab masalah itu seharusnya ada, saya kira kita dapat mengikuti maksudnya. Tujuannya adalah agar kita dapat memandang masalah itu dengan cara baru, sehingga kita dapat melepaskan diri darinya. Tidak baik jika kita tinggal diam dan hanya ‘menikmati’ masa-masa sulit tanpa berbuat apa-apa.
Menarik bahwa tips & trik atau cara yang akan Anda baca ini adalah buah dari renungan atas Mazmur 42:5.
“Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepadaNya, penolongku dan Allahku! (Mazmur 42:5).”
- Gunakan kesadaran Anda sebagai manusia utuh.Daripada memikirkan masalah atau pemecahannya, lebih baik kita bergerak ke jalan yang baru: jangan pikirkan masalah itu dulu. Dengan menggunakan kesadaran yang kita miliki, kita harus mengabaikan pikiran yang mengatakan bahwa situasi yang sedang kita hadapi itu sangat ‘complicated’. Ingat bahwa pikiran bukanlah diri kita yang sebenarnya. Anda diciptakan segambar dengan Allah (imago Dei), sehingga tidak mungkin bahwa diri Anda yang sepenuhnya terwakili dalam pikiran. Allah tidak diwakili hanya melalui pikiranNya, jadi Andapun tidak mungkin terwakili hanya melalui pikiran Anda. Dengan prinsip ini, gunakanlah kesadaran kita yang sepenuhnya sebagai ciptaan Allah yang utuh, untuk melihat masalah itu sebagai sesuatu yang dapat ditangani. Intinya, kesadaran Anda harus mampu mengatakan, “Ini dapat diatasi”. Kesadaran seperti inilah yang dialami Daud ketika ia bertanya pada dirinya sendiri: “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah dalam diriku?” Alih-alih menikmati perasaan gelisah saat menghadapi masalah, Daud keluar dari perasaannya sendiri. Sebagai manusia utuh dan beriman, kesadaran dirinya menyadarkan bahwa perasaannya (baca: pikirannya) tidak dapat dipertahankan. Perasaan dan pikirannya yang gelisah malah harus dipertanyakan. Maka, gunakanlah kesadaran seperti yang dicontohkan Daud ini untuk keluar dari masalah Anda.
- Berorientasi pada apa yang Anda harapkanPengharapan seseorang kepada TUHAN berperan penting untuk melepaskan diri dari masa sulit. Kesadaran Daud memerintahkan dirinya sendiri untuk menaruh pengharapan pada TUHAN: “Berharaplah kepada Allah!” Di satu sisi, pengharapan ini akan membuat Anda tidak merasa sendirian lagi di dalam penderitaan. Merasa sendirian ketika menghadapi masalah dan kesulitan sangat umum terjadi. Dan saya rasa, inilah penyebab mengapa orang ingin bunuh diri saat menghadapi masalah!
Di sisi lain, pengharapan akan membuat Anda belajar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Jika Anda mampu berharap pada sesuatu, bukankah itu berarti Anda menyadari bahwa masalah tidak dapat ditangani sendirian? Masalah tidak dapat diselesaikan dengan hanya mengandalkan faktor internal (misalnya pikiran dan rencana Anda). Untuk menyelesaikan masalah diperlukan faktor eksternal dan transenden. Faktor yang kedua ini hanya dapat ditemukan melalui pengharapan kepada Allah. - Berpikir positif dan sibukkan diri Anda dengan sesuatu yang positifPengharapan kepada TUHAN juga membantu kita untuk melihat ke arah yang positif. Bukankah Daud tadi mengatakan pengarapan itu membuat dia “akan bersyukur lagi kepadaNya”? Ini adalah sesuatu yang menakjubkan. Sehari-harinya Daud adalah raja yang tentu harus menghadapi banyak masalah. Tapi ia yakin bahwa pengharapannya akan membuat dia dapat bersyukur lagi. Syukur adalah kata pujian yang disertai dengan perasaan sukacita. Itu adalah kata yang hanya dapat diungkapkan dengan pikiran yang positif. Aneh rasanya jika orang mengucapkan syukur dengan pikiran negatif. Oleh sebab itu, sangat baik jika kita menaruh pikiran dan perasaan positif atas masalah yang kita hadapi. Segala sesuatu akan berakhir baik seperti judul buku R.A. Kartini, “Habis gelap terbitlah terang”. Atau seperti ungkapan seorang filsuf: “phanta rei”, segala sesuatu mengalir, dan tentunya pengalaman pahit dan sulit akan berubah juga. Sekali lagi, pikiran yang positif akan membantu Anda menghadapi masalah. Dan jagalah pikiran positif itu dengan sesuatu yang positif, misalnya dengan berdoa, menyanyikan kidung pujian, mengucapkan syahadat (pengakuan iman), meditasi, atau yang lainnya.
- Gunakan pertolongan dan solusi yang diberikan Allah bagi AndaAllah adalah penolong sebab ia berkuasa atas segala sesuatu. Ia berkuasa untuk mengatasi ketakutan, kekuatiran, sakit hati, pergumulan, penyakit, penderitaan atau apapun itu. Persoalannya kita cenderung melupakan itu sehingga tidak ‘memanfaatkannya’ dengan baik. Ini kelihatan dari betapa seringnya orang hanya mengandalkan pikiran dan pengertiannya untuk menghadapi masalah. Penulis Amsal mengatakan kepada kita: “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri” (Amsal 3:5). Ini adalah peringatan bagi kita untuk mengingat Allah dalam setiap keadaan. Orang Kristen harus menyadari bahwa pertolongan TUHAN selalu ada bagi mereka yang sedang menghadapi kesusahan. Daud mengungkapkan itu melalui satu pengakuan dalam ayat yang sedang kita bahas: “penolongku dan Allahku!” Ingatkah Anda nyanyian pop rohani yang mengatakan “pertolongan Tuhan ada dimana-mana”? Ya, pertolongan dan solusi yang diberikan Tuhan ada dimana-mana. Oleh karena itu kita harus peka dan siap-sedia menyambut pertolongan itu. Solusi yang mungkin terpikirkan atau muncul tiba-tiba bisa juga merupakan pertolongan Tuhan. Ingat pula, pertolongan juga datang melalui perpanjangan tangan Tuhan lainnya (prolongatus Dei). Hanya, gunakanlah pertolongan dan solusi yang diberikan Allah bagi Anda itu dengan sebaik-baiknya.
Sebenarnya, yang paling buruk dari masa sulit itu adalah jika kita malah tidak mampu melepaskan diri darinya. Itulah yang namanya celaka. Saya ingat ada seorang spiritualis bernama Wayne W. Dyer mengatakan bahwa, sebetulnya tidak ada yang namanya masalah. Masalah hanya bentukan persepsi kita yang seharusnya dapat diabaikan oleh kesadaran. Meskipun tidak sepenuhnya setuju – sebab masalah itu seharusnya ada, saya kira kita dapat mengikuti maksudnya. Tujuannya adalah agar kita dapat memandang masalah itu dengan cara baru, sehingga kita dapat melepaskan diri darinya. Tidak baik jika kita tinggal diam dan hanya ‘menikmati’ masa-masa sulit tanpa berbuat apa-apa.
Menarik bahwa tips & trik atau cara yang akan Anda baca ini adalah buah dari renungan atas Mazmur 42:5.
“Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepadaNya, penolongku dan Allahku! (Mazmur 42:5).”
- Gunakan kesadaran Anda sebagai manusia utuh.Daripada memikirkan masalah atau pemecahannya, lebih baik kita bergerak ke jalan yang baru: jangan pikirkan masalah itu dulu. Dengan menggunakan kesadaran yang kita miliki, kita harus mengabaikan pikiran yang mengatakan bahwa situasi yang sedang kita hadapi itu sangat ‘complicated’. Ingat bahwa pikiran bukanlah diri kita yang sebenarnya. Anda diciptakan segambar dengan Allah (imago Dei), sehingga tidak mungkin bahwa diri Anda yang sepenuhnya terwakili dalam pikiran. Allah tidak diwakili hanya melalui pikiranNya, jadi Andapun tidak mungkin terwakili hanya melalui pikiran Anda. Dengan prinsip ini, gunakanlah kesadaran kita yang sepenuhnya sebagai ciptaan Allah yang utuh, untuk melihat masalah itu sebagai sesuatu yang dapat ditangani. Intinya, kesadaran Anda harus mampu mengatakan, “Ini dapat diatasi”. Kesadaran seperti inilah yang dialami Daud ketika ia bertanya pada dirinya sendiri: “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah dalam diriku?” Alih-alih menikmati perasaan gelisah saat menghadapi masalah, Daud keluar dari perasaannya sendiri. Sebagai manusia utuh dan beriman, kesadaran dirinya menyadarkan bahwa perasaannya (baca: pikirannya) tidak dapat dipertahankan. Perasaan dan pikirannya yang gelisah malah harus dipertanyakan. Maka, gunakanlah kesadaran seperti yang dicontohkan Daud ini untuk keluar dari masalah Anda.
- Berorientasi pada apa yang Anda harapkanPengharapan seseorang kepada TUHAN berperan penting untuk melepaskan diri dari masa sulit. Kesadaran Daud memerintahkan dirinya sendiri untuk menaruh pengharapan pada TUHAN: “Berharaplah kepada Allah!” Di satu sisi, pengharapan ini akan membuat Anda tidak merasa sendirian lagi di dalam penderitaan. Merasa sendirian ketika menghadapi masalah dan kesulitan sangat umum terjadi. Dan saya rasa, inilah penyebab mengapa orang ingin bunuh diri saat menghadapi masalah!
Di sisi lain, pengharapan akan membuat Anda belajar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Jika Anda mampu berharap pada sesuatu, bukankah itu berarti Anda menyadari bahwa masalah tidak dapat ditangani sendirian? Masalah tidak dapat diselesaikan dengan hanya mengandalkan faktor internal (misalnya pikiran dan rencana Anda). Untuk menyelesaikan masalah diperlukan faktor eksternal dan transenden. Faktor yang kedua ini hanya dapat ditemukan melalui pengharapan kepada Allah. - Berpikir positif dan sibukkan diri Anda dengan sesuatu yang positifPengharapan kepada TUHAN juga membantu kita untuk melihat ke arah yang positif. Bukankah Daud tadi mengatakan pengarapan itu membuat dia “akan bersyukur lagi kepadaNya”? Ini adalah sesuatu yang menakjubkan. Sehari-harinya Daud adalah raja yang tentu harus menghadapi banyak masalah. Tapi ia yakin bahwa pengharapannya akan membuat dia dapat bersyukur lagi. Syukur adalah kata pujian yang disertai dengan perasaan sukacita. Itu adalah kata yang hanya dapat diungkapkan dengan pikiran yang positif. Aneh rasanya jika orang mengucapkan syukur dengan pikiran negatif. Oleh sebab itu, sangat baik jika kita menaruh pikiran dan perasaan positif atas masalah yang kita hadapi. Segala sesuatu akan berakhir baik seperti judul buku R.A. Kartini, “Habis gelap terbitlah terang”. Atau seperti ungkapan seorang filsuf: “phanta rei”, segala sesuatu mengalir, dan tentunya pengalaman pahit dan sulit akan berubah juga. Sekali lagi, pikiran yang positif akan membantu Anda menghadapi masalah. Dan jagalah pikiran positif itu dengan sesuatu yang positif, misalnya dengan berdoa, menyanyikan kidung pujian, mengucapkan syahadat (pengakuan iman), meditasi, atau yang lainnya.
- Gunakan pertolongan dan solusi yang diberikan Allah bagi AndaAllah adalah penolong sebab ia berkuasa atas segala sesuatu. Ia berkuasa untuk mengatasi ketakutan, kekuatiran, sakit hati, pergumulan, penyakit, penderitaan atau apapun itu. Persoalannya kita cenderung melupakan itu sehingga tidak ‘memanfaatkannya’ dengan baik. Ini kelihatan dari betapa seringnya orang hanya mengandalkan pikiran dan pengertiannya untuk menghadapi masalah. Penulis Amsal mengatakan kepada kita: “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri” (Amsal 3:5). Ini adalah peringatan bagi kita untuk mengingat Allah dalam setiap keadaan. Orang Kristen harus menyadari bahwa pertolongan TUHAN selalu ada bagi mereka yang sedang menghadapi kesusahan. Daud mengungkapkan itu melalui satu pengakuan dalam ayat yang sedang kita bahas: “penolongku dan Allahku!” Ingatkah Anda nyanyian pop rohani yang mengatakan “pertolongan Tuhan ada dimana-mana”? Ya, pertolongan dan solusi yang diberikan Tuhan ada dimana-mana. Oleh karena itu kita harus peka dan siap-sedia menyambut pertolongan itu. Solusi yang mungkin terpikirkan atau muncul tiba-tiba bisa juga merupakan pertolongan Tuhan. Ingat pula, pertolongan juga datang melalui perpanjangan tangan Tuhan lainnya (prolongatus Dei). Hanya, gunakanlah pertolongan dan solusi yang diberikan Allah bagi Anda itu dengan sebaik-baiknya.